Hati-Hati Jika Membeli Buah , Kini Anggur Dan Klengkeng Memiliki Formalin
KARTU JEMPOL - Seolah tidak jera dengan perbuatan merugikan kepada konsumen, para pedagang buah di Malinau kembali membuat ulah. Sebelumnya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Malinau menemukan semangka disuntik formalin. Kali ini, Disperindag kembali menemukan jenis buah berformalin lainnya, yakni anggur dan kelengkeng.
Kepala Disperindag Malinau, Emang Mering mengungkapkan, baru-baru ini pihaknya kembali mendapati perbuatan "jahat" pedagang buah yang menjual buah dagangannya bercampur dengan bahan berbahaya yang biasa digunakan untuk mengawetkan jenazah. Namun seperti biasa, Disperindag hanya memberikan surat peringatan kepada pedagang.
"Benar, bahwa kami telah menemukan jenis buah lainnya mengandung formalin di sebuah pasar buah di Malinau Kota. Selain dua buah itu, kami juga menemukan buah apel yang telah dicampur zat pengawet agar tampilan dan warnanya tetap segar. Kepada pedagang yang menjualnya, telah kami berikan surat peringatan dan harus membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi," ujarnya.
Pada dasarnya, kata Emang, kebanyakan buah yang dicampur dengan zat berbahaya merupakan buah yang berasal dari luar Malinau. Emang menyatakan, baru menemukan jenis buah di atas. Dia mengungkapkan akan terus memonitor peredaran buah di Malinau.
"Awalnya, kita mengira campuran buah-buah itu dilakukan oleh distributor buah yang berada di luar Malinau. Ternyata, setelah kita telusuri, para pedagang buah di Malinau lah yang nakal dan tega menjual buah berformalin kepada masyarakat. Niatan untuk menjadi sehat dengan memakan buah, malah akan membawa penyakit nantinya," tandasnya.
"Penyakitnya itu tidak dirasakan sekarang. Tapi nanti, setelah dua tahun atau tiga tahun kemudian baru dirasakan dampaknya. Bahkan, ada yang sudah nanti berusia lanjut baru merasakan penyakitnya. Banyak penyakit diakibatkan oleh formalin, ketika seseorang mengkonsumsinya terus menerus," lanjut Emang.
Emang meminta, kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati saat membeli buah. Biasanya, para pedagang buah berformalin akan menjual buahnya dengan harga yang jauh lebih murah dari pedagang lainnya. Apabila menemukan hal demikian, Emang meminta kepada masyarakat agar tidak membelinya.
"Kalau memang terlalu mencurigakan, bisa melaporkan langsung kepada kami soal pedagang buah itu. Kemudian, masyarakat jangan membeli buah itu. Lebih baik, membeli buah yang memang benar-benar segar, dan membelinya kepada pedagang terpercaya. Kalau perlu menanyakan kepada pedagang soal buah yang akan dibeli," tegasnya.
Selain semangka, anggur dan kelengkeng, sebelumnya Disperindag Malinau juga mendapati penjual ikan berformalin di salah satu pasar di Malinau. Jenis ikan laut menjadi sasaran pedagang nakal untuk mencampur zat berbahaya tersebut. Pasalnya, pengiriman ikan laut ke Malinau cukup jauh. Biasanya, ikan laut dikirim dari Kota Tarakan dengan menggunakan jalur sungai dengan perjalanan memakan waktu berjam-jam.
Kadisperindag Malinau, Emang Mering menyebutkan, sejauh ini pihaknya telah mendata ada tiga pedagang buah di Malinau kedapatan menjual buah berformalin. Penggunaan formalin pada buah, dilakukan saat buah-buah tersebut sampai di Malinau.
"Jadi, cara mereka mencampur buah-buah itu dengan zat formalin dengan cara menyuntikan cairan ke dalam buah-buah. Artinya, dapat dikatakan para pedagang di Malinau ini dengan sengaja menyuntik buah dengan zat mengandung formalin. Ada tiga pedagang buah, kita dapati mencampur buahnya dengan formalin," tandasnya.
Sempat Disperindag Malinau, kata Emang, memanggil ketiga pedagang buah tersebut. Setelah diambil keterangan, para pedagang buah itu hanya mengikuti saran dari para pedagang dari luar Malinau. Pengakuan tiga pedagang itu, tidak mengetahui kalau zat cair yang disuntikan ke dalam buah adalah formalin.
"Pengakuan para pedagang buah itu, mereka diberi resep oleh pedagang dari daerah lain untuk menyuntikan berupa zat cair kedalam buah. Katanya sih, agar buahnya awet dan terasa manis. Padahal, setelah diuji, cairan itu ternyata formalin. Jadi, dalih mereka itu tidak mengetahui apa yang mereka lakukan. Mereka hanya mengikuti saran dari pedagang lainnya dari luar Malinau," tuturnya.
Post a Comment